Diantara Penyemangat dan Penghambat dalam Meraih Prestasi Ketika Berpacaran

2 min read

Menurut DeGenova & Rice (2005) pengertian pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain. Beberapa kegiatan yang dilakukan ketika berpacaran diharapkan membuat dua orang yang berinteraksi merasa lebih dekat dan mengerti berbagai sifat dari pasangannya. Salah satu yang sering dilakukan, utamanya oleh para kaum muda adalah dengan menghabiskan waktu bersama. Hal tersebut dapat dilihat melalui dua perspektif berbeda. Menggunakan waktu luang dengan hangout bisa jadi menghilangkan beban dan rasa lelah dengan berbagai tugas yang menumpuk. Namun ada pula pandangan berbeda yang menganggap hal tersebut hanya sekedar buang-buang waktu dan dapat digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat, seperti belajar bersama dan lainnya. Beberapa orang merasa bahwa dengan padatnya aktivitas yang sudah dijalani perlu adanya kegiatan untuk merefresh kembali semangat dan menjadi pendorong untuk lebih produktif. Namun beberapa orang juga berada di sisi lain dengan merasa bahwa “jalan-jalan bareng pacar” justru menambah rasa tidak nyaman karena kemungkinan pengeluaran yang lebih banyak atau membutuhkan tenaga yang lebih banyak.

Kebutuhan manusia akan berpacaran masih diambang keraguan, mengingat bahwa terdapat beberapa pelarangan yang ditujukan untuk menghindarkan diri dari perbuatan negatif yang sewaktu waktu dapat timbul. Keresahan akan keputusan untuk berpacaran menjadi sebuah pertanyaan yang cukup mengganggu pikiran beberapa kalangan muda, terutama mereka para mahasiswa. Disamping mengejar mimpi dengan berambisi meraih nilai tertinggi, terselip keinginan untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Berbagai motif dapat menjadi alasan, termasuk untuk penyemangat belajar. Beberapa dari para mahasiswa yang telah memutuskan untuk berpacaran merasa bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama pasangan mampu menambah motivasi untuk meningkatkan kualitas diri.

Sebuah keresahan yang seringkali mengganggu pikiran yaitu ketika didapati kondisi menyukai seseorang namun takut untuk mengungkapkan perasaan yang dimiliki. Berbagai alasan dapat dijabarkan, namun jika melihat dari sudut pandang mahasiswa, terdapat kemungkinan untuk mengurungkan niat karena merasa bahwa “pacarana” akan mengganggu konsentrasi dalam melaksanakan perkuliahan. Beberapa orang dapat membagi waktu dengan baik, namun tidak sedikit orang yang merasa kesulitan untuk memanage jadwal kegiatan keseharian sehingga semua dapat berjalan seimbang atau sesuai dengan porsinya masing-masing. Maka, terdapat ketakutan-ketakutan yang kemudia berujuang pada rasa penyesalan karena perasaan yang dipendam tidak mampu diungkapkan. Jika hal tersebut berlangsung berkepanjangan maka justru juga akan memperparah kondisi seseorang dengan timbulnya sikap tidak dapat berkonsentrasi atau cemas dan bimbang. Bahkan keresahan yang dirasakan pun memiliki cabang permasalahanya sendiri.

Kebutuhan akan peran sahabat atau teman menjadi sebuah kekhawatiran ketika memilih opsi untuk tetap mengikuti kata hati yaitu berpacaran. Sibuk dengan urusan berdua bersama pasangan bisa saja mengganggu interaksi sosial yang lebih luas dan mempersempit hubungan dengan orang-orang yang seharusnya menjadi sosok terdekat. Beberapa anak muda dalam pertemanan merasa kurang nyaman bila dalam lingkup tersebut terdapat orang yang lebih sibuk mengatur jadwal paaran daripada membagi waktu dengan teman-temannya. Jika  hal tersebut terus berlanjut, maka dapat menimbulkan resiko rusaknya hubungan pertemanan. Konteks negatif pacaran menjadi sesuatu yang harus ditanggapi dengan serius. Karena dengan memilih untuk berpacaran maka seseorang harus memiliki kepercayaan diri dan ketangguhan dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi. Komitmen untuk tetap menjadi diri sendiri dan membaur dengan semua kalangan lingkungan perlu ada untuk menjaga diri dari berbagai dampak negatif. Bahkan dilansir dari laman CNN Indonesia, dipaparkan bagaimana penggunaan smartphone akan memengaruhi karakter seorang anak, tentu saja mahasiswa dapat termasuk didalamnya. Bersikap tidak peduli dengan dunia luar dan hanya bermain di internet dan dunia maya, komunikasi dan hubungan yang tidak sehat bisa timbul jika pacaran dilakukan hanya dengan saling bertukar pesan di media sosial. Inilah mengapa beberapa sebab membuat rasa ragu untuk berpacaran.

Tidak adil bila dalam naskah ini hanya dituliskan keresahan terhadap berbagai hal negatif yang dapat ditimbulkan. Manfaat berupa penambah semangat dan motivasi juga dapat menjadikan seseorang memilih untuk mewajarkan bila dirinya berpacaran. Beberapa orang merasa dengan adanya sosok pacar mampu membuat dirinya lebih tertata dengan masukan-masukan baik yang membangun diri dan mengingatkan akan kewajiban untuk bisa menggapai mimpi atau apapun yang telah dicita-citakan. Berkenaan dengan larangan, mereka juga mampu memberi batasan-batasan dalam hubungan yang dijalani sehingga interaksi diantara kedua lawan jenis masih tergolong aman. Meninjau dari pengamatan terhadap beberapa kasus yang memperlihatkan orang-orang yang berpacaran hingga bertahun-tahun lamanya namun tidak mendapati kejadian tidak terduga seperti kehamilan yang berujung pada aborsi. Justru hubungan yang dijalin semakin mendekatkan kedua orang satu sama lain dan mengenalkan mereka lebih jauh untuk selanjutnya ditujukan kepada hubungan dalam jenjang yang lebih serius seperti pernikahan.

 

Referensi :

DeGenova, M.K & Rice, P.P. 2005. Intimate Relationship, Marriages, and Families, New York: MC Grow-Hill.

Sinaga, Deddy. 2018. Dampak Negatif Pacaran dibawah Umur https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20180119114536-445-270121/dampak-negatif-pacaran-di-bawah-umur diakses 2 Desember 2022

 

Karya : Fadillah Rifki F

Yang Muda Tidak Kalah Untuk Berkarya Dan Berekspresi

Saat ini hampir setiap individu mempunyai akun sosial media, hal ini dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat di sekitar kita. Tidak jarang kaum remaja melakukan...
Hesti
2 min read

Munculnya Fenomena “Rental Boyfriend” yang Ramai di Kalangan Gen…

Manusia merupakan makhluk sosial, sehingga manusia tidak bisa hidup sendiri. Dikatakan sebagai makhluk sosial karena manusia memiliki dorongan untuk beriteraksi dengan manusia lainnya, sehingga timbullah hidup...
Hesti
2 min read

Bersyukur Memiliki Jerawat

Selama kurang lebih dua tahun, masyarakat dunia diharuskan untuk melakukan aktivitas di dalam rumah. Hal tersebut merupakan efek yang ditimbukan dari pandemi Covid-19. Selama...
Hesti
1 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *