Sudah tiga tahun berlalu, namun masih melekat kuat dipikiran kejadian tersebut. Tiga tahun yang lalu saya masih duduk dibangku kelas tiga sekolah menengah keatas, waktu itu saya berusia enam belas tahun. Diusia tersebut saya mengalami perubahan dari fase anak-anak menjadi fase remaja, banyak perubahan yang saya rasakan bukan hanya pada fisik akan tetapi juga tentang pikiran dan cara olah rasa saya, walaupun belum bisa berfikir secara dewasa. Wajar jika diusia tersebut saya juga mulai merasakan tertarik pada lawan jenis yang tidak wajar yaitu jika menjalani hubungan diluar nalar, namun saat itu saya melakukanya karena saya belum bisa berfikir secara dewasa bisa dikatakan ini hanya cinta monyet hehe.
Dimana pada suatu hari saya sedang memainkan ponsel saya, disini saya sedang bermain whats app yang kebetulan diwaktu itu saya saling tukar kabar dengan teman laki-laki saya yang kebetulan dekat dengan saya. Tiba-tiba Ibu saya datang menghampiri saya di kamar tidur, dengan gerak cepat reflek saya menyembunyikan ponsel saya, orang tua mana yang tidak penasaran dengan apa yang disembunyikan oleh anaknya. Lalu Ibu saya pun tetap memaksa untuk mengambil ponsel saya walaupun saya sudah menolak untuk memberikan ponsel saya.
Setelah ponsel dipegang oleh Ibu saya, hanya diam dengan muka pucat pasrah namun hati dan pikiran saya teramat kacau. Tiga puluh menit berlalu yang terasa sangat lama karena tidak tenangnya hati dan pikiran yang membuat semua itu terasa lama, Ibu saya pun kembali menghampiri saya dengan muka marah, kesal dan penuh kecewa hingga meneteskan air matanya. Disini saya sangat merasa bersalah dan gagal menjadi anak yang selama ini diberi kepercayaan oleh kedua orang tua saya. Tanpa ada kata-kata yang diucapkan oleh Ibu saya hanya tangan yang melayang kemuka saya, tidak ada perlawanan hanya diam dan pasrah dengan apa yang dilakukan Ibu saya kepada saya ketika sedang meluapkan semua rasa amarah dan kecewa, karena disini saya dihantui oleh rasa kecewa dan rasa penyeselan dengan apa yang telah saya lakukan.
Saya pribadi sebenarnya tidak nyaman dengan sikap atau keputusan orang tua saya untuk melarang agar tidak berpacaran, namun setelah saya fikir ini juga ada benarnya karena pergaulan jaman sekarang juga bebas yang membuat rasa khawatir orang tua berlebihan sehingga tidak ada salahnya jika orang tua melarang saya untuk berpacaran. Karena semua itu bakal ada porsi dan porsinya sendiri-sendiri, semua orang tua juga menginginkan dan menaruh sejuta harapan agar anaknya lebih baik dari mereka.
Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang tidak memiliki perilaku dan sikap yang baik, tidak juga semua orang tua melarang anaknya untuk menjalani hubungan dengan lawan jenis yang belum mukhrimnya. Sering kali saya menjadi anak suka meremehkan nasihat orang tua, karena perbedaan pendapat yang membuat hati saya merasa tidak cocok yang menimbulkan rasa kesal sampai saya berani membantah nasihat mereka. Orang tua mana yang akan memberikan nasihat yang buruk, dimana pun berada setiap orang tua akan selalu memberikan nasihat yang baik.
Banyak pengorbanan yang telah diberikan oleh orang tua kepada kita, seringkali kita lupa dengan semua pengorbanan yang telah diberikan kepada kita sehingga kita sering membantah nasihat-nasihat mereka dan menyepelekan dengan apa yang telah mereka berikan tanpa meminta imbal balik kepada kita. Sungguh sangat berartinya peran, jasa, pengorbanan, perjuangan orang tua kepada anak-anaknya. Tanpa disadari kita sebagai anak juga sering menuntut meminta ini itu tanpa berfikir orang tua kita saat mempunyai uang sisa atau tidak. Kita terlalu mudah menghamburkan uang hanya untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu kita butuhkan.
Saya sebagai anak perempuan yang memiliki kedua orang tua yang posesif dan tegas dalam mendidik saya merasa lebih aman dan nyaman karena semua yang telah diberikan juga untuk kebaikan saya. Mungkin saat ini kita masih meremehkan, masih menyepelekan, masih mengacuhkan nasihat orang tua kita dan masih menyalahkan cara mereka mendidik kita karena kita sebagai anak belum merasakan menjadi orang tua. Ada kata-kata yang selalu diucapkan oleh Ayah saya yaitu ‘Sekarang kamu belum merasakan menjadi orang tua jadi kamu sering membantah nasihat orang tua, lihat saja setelah kamu jadi orang tua kamu juga akan merasakan apa yang aku rasakan ketika kamu membantah nasihat-nasihatku’. Kalimat merasakan apa yang aku rasakan berarti kita juga akan merasakan bagaimananya rasanya ketika membantah orang tua kita, karena tanpa disadari sikap dan perilaku anak bisa turun atau sama dengan orang tuanya diwaktu masih kecil.
Sungguh, kejadian waktu itu yang membuat saya menyesal dengan perilaku dan tindakan kepada kedua orang tua saya, masih banyak lagi perilaku-perilaku saya yang membuat orang tua merasa kecewa. Hanya kata maaf dan terima kasih yang bisa diucapkan. Doa terbaik untukmu kedua orang tuaku panjang umur dan sehat selalu. Semoga Allah melapangkan rejekimu dan tanpa putus kumohon doa restumu.
Karya : Fatariza Agustin