Puisi Lama

8 min read

Pengertian Puisi Lama ciri dan contoh

Puisi merupakan jenis karya sastra yang sangat umum dan sering kita dengar. Terlebih di era kontemporer saat ini dalam penciptaannya puisi sudah menjadi lebih universal dan lebih fleksibel.

Hal tersebut tentu sangat berkebalikan dengan puisi klasik zaman dahulu atau puisi lama yang memiliki peraturan yang ketat dalam penciptaannya. Untuk lebih jelas mengenai apa itu puisi lama dan jenis contohnya simak penjelasan berikut ini.

Pengertian Puisi Lama

Puisi lama adalah karya sastra yang memiliki peraturan yang ketat mengenai persajakan, larik, rima, bait dan jumlah kata yang menekankan pada musikalitas (irama) dan memiliki makna/arti yang dalam.

Hal tersebut dikarenakan akar puisi lama berasal dari sebuah ritus budaya suatu adat atau kelompok tertentu pada zaman dahulu, yang mana tercipta dari refleksi atau penghayatan penyair atas kejadian dan fenomena lingkungan sekitar.

Peraturan yang ada pada puisi lama itu sendiri di antaranya adalah:

  • Menekankan pada banyaknya kata pada satu baris,
  • Banyaknya baris pada satu bait bisa sampai dua, empat bahkan lebih,
  • Mengetahui jumlah suku katanya,
  • dan yang terakhir adalah fokus pada irama (nada) dan rima.
Baca juga: Puisi Baru

Jenis Puisi Lama

Terdapat beberapa jenis puisi lama, di antaranya adalah:

Pantun

Jenis ini merupakan salah satu yang paling akrab di telinga orang Melayu. Pantun merupakan puisi lama yang masyhur oleh sebagian orang. Pantun merupakan produk asli dari daratan Minangkabau, awalnya pantun digunakan untuk berhubungan antar masyarakat agar lebih akrab.

Berdasarkan cirinya,

    • pantun memiliki sajak a-b-ab,
    • satu bait memiliki empat baris,
    • pada setiap baris memiliki delapan hingga dua belas kata serta dua baris depan adalah sampiran,
    • dua baris selanjutnya merupakan isi.

Contoh:

Berlari di sore hingga terlena

Kudu bersemayam agar tiada sehat

Rengekan itu tiada berguna

Nikmat syukurlah yang bisa membuat kuat

Seloka

Berdasarkan susunannya, puisi ini merupakan jenis yang sangat identik dengan pantun. Perbedaan seloka dan pantun adalah pada posisi isinya. Untuk lebih jelasnya lihatlah karakter dari seloka.

Ciri Seloka sendiri adalah:

    • Setiap baris memiliki delapan hingga dua belas suku kata,
    • setiap baris merupakan isi puisi,
    • setiap bait harus terdiri dari 4 baris atau lebih namun syaratnya harus genap,
    • mempunyai rima a-b-a-b.

Contoh:

Warna jingga mengemas kuku

Indah benar kala dilihat

Sang suami menjadi sendu

Saat keinginan lahiriah tak kungjung mangkat

Karmina

Pada puisi lama kali ini merupakan saudara dari pantun, ini disebabkan pada prakteknya karmina merupakan pantun yang singkat atau pantun kilat.

Ciri khas dari karmina itu sendiri hampir mirip dengan pantun. Diantaranya adalah:

    • terdapat rima pada setiap frasa dengan alur a-b-ab,
    • frasa awal pada baris satu memiliki rima yang persis dengan frasa awal pada baris dua,
    • ini juga berlaku pada frasa berikutnya pada setiap baris,
    • setiap baris memiliki delapan hingga dua belas suku kata,
    • setiap bait memiliki dua baris,
    • baris awal merupakan sampiran dan pada isi berada di baris dua.

Contoh:

Pergi ke dapur buat minum
Pipi tembem buatku senyum

Talibun

Talibun ini merupakan perlawanan dari karmina. Meski begitu talibun sangat identik dengan karmina akan tetapi barus yang dihasilkan talibun lebih panjang.

Ciri atau peraturan dari talibun itu sendiri adalah:

    • Mempunyai rima a-b-c-a-b-c,
    • Banyaknya kata pada setiap baris adalah delapan hingga dua belas,
    • setiap bait mempunyai baris genap dan harus lebih dari 4,
    • hampir dari banyaknya baris dari bait pada kepingan awal merupakan sampiran yang dilanjutkan isi.

Gurindam

Bila karmina merupakan jenis puisi berupa pantun pendek maka gurindam merupakan syair yang pendek. Ciri khas dari gurindam itu sendiri adalah:

    • mempunyai rima a-a, setiap bait terdiri dari 2 baris,
    • setiap baris terdapat delapan hingga dua belas suku kata dan pada setiap baris merupakan isi.

Contoh:

Jarang pikir sedikit siasat

Nanti akan mudah tersesat

Syair

Syair merupakan puisi yang berfokus pada cerita. Syair merupakan produk budaya dari bangsa Arab. Mengenai karakter dan ciri dari Syair itu sendiri adalah:

    • pada setiap baris memiliki delapan hingga dua belas suku kata,
    • terdapat pula rima dengan alur a-a-a-a,
    • setiap bait memiliki 4 baris,
    • Isi terkandung pada setiap baris dan saling berhubungan.

Contoh:

Saat pagi berubah jadi jingga

Terdapat sebuah cerita

Mengenai gadis cantik jelita

Memimpin negeri menuju ilmu menuju bijaksana

Mantra

Puisi lama yang bisa dikatakan mempunyai unsur spiritual ini merupakan pionir dari segala jenis puisi yang berkembang. Tidak ada ciri yang khas pada mantra, namun dalam pelafalannya mantra akan diulang berkali-kali agar pendengar bisa tersugesti.

Kesimpulan Puisi Lama

Berdasarkan apa yang telah dijabarkan mengenai puisi lama di atas. Bisa dikatakan dismilaritas dari puisi lama dengan baru (modern) adalah pada fleksibilitasnya dalam mengeksekusi kata. Pada puisi lama, kata dan bentuknya lebih kaku karena dalam penerapannya sangat menjunjung aturan.

Pada puisi lama tidak ada nama penulisnya karena kalimat yang diucapkan berdasar pada tutur kata yang diwarisi secara turun temurun. Dan yang terakhir adalah karya sastra ini cenderung mengedepankan pada penyampaian lisan atau mulut ke mulut.

Referensi

Waluyo, Herman J. (1995). Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga
https://id.wikipedia.org/wiki/Puisi_lama
Rosidi, Ajip (2000).Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia.Bandung: PutraAbardin

Bentuk Bentuk Surat

Harisah Anis
10 min read

Suku Kata

Harys Imanulloh
7 min read

Kalimat Deklaratif

Indriyani Ida S
7 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *