Role playing adalah model pembelajaran yang bisa dimanfaatkan oleh guru untuk variasi dalam aktivitas belajar di kelas. Pembelajaran ini salah satu tujuannya adalah agar siswa bisa meningkatkan daya kreatifitas dan imajinasinya.
Model ini bisa menjadi variasi yang bagus karena pada implementasinya akan menuntut siswa untuk berekspresi, baik dari segi pikiran maupun perasaan.
Pada pembahasan kali ini akan dibahas beberapa yang bisa dilakukan pada model pembelajaran role playing.
Daftar Isi
Pengertian Teknik Role Playing
Model Bermain peran (Role Playing) merupakan pembelajaran yang menuntut siswa untuk memainkan karakter seseorang dalam bentuk drama. Selain itu siswa juga diharuskan untuk bisa mendalami karakter tersebut mulai dari bahasa tubuh, pikiran dan ekspresi. Dengan cara mempelajarinya.
Bermain peran merupakan teknik yang bisa membuat siswa untuk mengeksplorasi kondisi, situasi atau kejadian realistis dengan berinteraksi dengan siswa lain secara terkelola untuk meningkatkan pengalaman.
Tergantung dengan tujuan kegiatan, siswa bisa saja memainkan peran sangat mirip dengan yang diperankan (bisa juga di masa yang akan datang). Selain itu teknik ini juga bisa memberi pengaruh besar kepada siswa dalam pembelajaran, karena dengan memiliki pengalaman mengerjakan sesuatu yang lain, pemahaman dan pengalaman siswa menjadi lebih luas, terlebih untuk memahami sudut pandang lain yang berlawanan.
Pengertian Menurut Para Ahli
Santoso (2010)
Santoso mengutarakan bahwa cara role playing ini adalah metode yang memanfaatkan daya gerakan atau kinestetik, karena pada pelaksanaannya siswa dituntut untuk bisa melakukan gerakan peranan yang mengandalkan tubuh. Kegunaan dari metode ini adalah untuk meningkatkan daya interpersonal (keahlian interaksi) pada satu individu ke individu.
Wicaksono
Sedangkan Wicaksono berpendapat bahwa model ini mempunyai dua definisi, yakni:
Pertama, metode role playing adalah aktivitas yang berkarakter sosiologis, sebab alur pada setiap perilaku bisa ditampilkan oleh seseorang yang berkaitan dengan norma sosial yang berlaku.
Kedua, model bermain peran adalah aktivitas yang memiliki karakter sandiwara, sebab siswa akan memperagakan tokoh tertentu. Dan tokoh tersebut sudah sesuai dengan skenario yang ditulis. Selain itu tujuan dari role playing ini adalah untuk memberikan rekreasi kesenangan bagi siswa.
Fatmawati
Mengutarakan bahwa role playing adalah model pembelajaran yang menuntut siswa untuk mempertunjukan sebuah karakter peran yang berdasar pada skenario yang sudah diciptakan. Misi utama dari teknik ini adalah untuk mencapai kompetensi dasar yang sudah ditetapkan dalam pembelajaran.
Sandra de young
Menurut teori ini role playing game adalah salah satu pembelajaran yang berupa sandiwara atau drama. Pada pembelajaran ini siswa diharuskan untuk melakukan suatu drama baik secara spontan maupun terencana untuk mempertunjukkan sebuah peran. Pertunjukan yang dilaksanakan berkaitan dengan kehidupan manusia dengan segala problematikanya.
Tangdilintin
Dia berpendapat model role playing merupakan sosiodrama, yang artinya mempraktekan sebuah impak kepada orang lain dengan bentuk ekspresi dengan perasaan.
Berlandaskan berbagai pendapat yang ada, bisa disimpulkan bahwa model role playing atau bermain peran adalah model yang menuntut siswa untuk melaksanakan karakter/sifat/peran khusus dengan cara interaksi dengan lingkungan sekitar.
Model ini bisa bermanfaat bagi siswa agar mereka bisa memiliki variasi dalam belajar dan bisa untuk mengatasi rasa jenuh dalam mengarungi samudra pengetahuan.
Langkah-Langkah Metode Pembelajaran dengan Teknik Role Playing
Berikut merupakan langkah-langkah yang kudu dipahami dan dikuasai oleh guru. Setiap sesi yang dilalui ini berdasarkan pemaparan (Wicaksono dkk. 2016). Berikut penguraiannya:
- Guru atau pengajar harus membuat sebuah skenario yang akan dipertunjukan di dalam kelas.
- Pengajar akan meminta siswa untuk membuat grup untuk implementasi bermain peran.
- Pengajar akan mengutarakan dengan gamblang tentang kompetensi yang harus diraih pada aktivitas pembelajaran bermain peran ini.
- Selanjutnya guru akan menunjuk siswa untuk memperagakan sebuah peran sesuai dengan skenario yang sudah dibuat.
- Siswa yang berada di dalam grup belajar diminta untuk mengamati kinerja siswa yang sedang mempertunjukan peran.
- Berikutnya grup belajar diminta untuk membuat dan mempresentasikan kesimpulan yang berlandaskan skenario yang telah dimainkan oleh grup belajar lain.
- Pada tahap akhir, pengajar akan membuat kesimpulan dari aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru mengutarakan kesimpulan yang mudah dan bisa dipahami siswa dengan baik.
Berdasarkan penguraian langkah-langkah di atas model role playing mempunyai tujuh tahap yang bisa diimplementasikan oleh guru.
Ketika bermain peran, siswa akan diberi peran khusus untuk dimainkan dalam percakapan atau interaksi tertentu, seperti menjadi fotografer, saling bertukar email, menjadi kepala desa, menanam padi dsb.
Siswa bisa saja diberi instruksi khusus mengenai bagaimana bertindak, cara melakukan sesuatu atau apa yang harus dilaksanakan dan bereaksi dengan cara mereka sendiri tergantung dengan syarat tertentu atau petunjuk lain.
Berikutnya siswa akan menjalaninya sesuai skenario, dan sesudahnya mereka akan melakukan refleksi dan diskusi mengenai interaksi yang telah dilaksanakan. Skenario kemudian bisa diperagakan ulang dengan perubahan mendasar dari hasil refleksi dan diskusi.
Dalam langkah di atas skenario adalah nyawa dari bermain peran ini, maka guru wajib membuatnya dengan baik dan keren.
Tujuan dari Metode Pembelajaran dengan Teknik Role Playing
Seperti halnya model pembelajaran lain, Role playing juga mempunyai tujuan yang pada dasarnya sama yakni mengembangkan kapabilitas siswa.
Namun terdapat tujuan khusus yang menjadi andalan dari role playing, yakni meningkatkan empati dan solidaritas pada siswa. Sebab pada model ini siswa akan mempelajari sebuah dunia yang berbeda. Mereka dipaksa untuk melihat dunia dari perspektif atau sudut pandang orang lain.
Dalam memahami sebuah peran, tentu siswa akan mempelajari setiap perasaan dan tingkah laku yang diperankankan. Mau tidak mau mereka akan jauh dari dirinya untuk sementara dan menjadi orang lain.
Secara tidak langsung siswa akan mulai paham dan mengerti tentang orang lain. Dalam artian pada diri siswa akan tertanam sikap toleransi dan mudah memahami sudut pandang orang lain.
Kelebihan dan Kelemahan
Dalam penerapan model role playing terdapat manfaat yang bisa dipetik, berikut beberapa kelebihan atau manfaatnya:
- Karakter yang diperankan oleh siswa bisa menolong mereka dalam memahami setiap masalah yang sedang mereka hadapi di kehidupan sehari-hari.
- Siswa yang memerankan sebuah karakter bisa lebih mudah memahami perasaan orang lain. Hal ini bisa meningkatkan solidaritas dan empati siswa.
- Siswa yang memerankan karakter diluar dirinya maka mereka akan cenderung bisa mengerti sifat dari karakter yang diperankan.
Agar guru bisa menganalisa pembelajaran dengan baik maka kami akan menyediakan sejumlah kekurangan dari teknik role playing, yakni:
- Bila pengajar kurang memahami setiap langkah atau sintak pada model role playing ini maka setiap sesi yang dilaksanakan akan berantakan.
- Apabila pengajar kurang memahami teknik peran atau akting pada setiap tahap yang dilakukan, model teknik peran ini akan kurang maksimal dalam implementasinya.
Kesimpulan
Bila disimpulkan model role playing ini menuntut guru untuk bisa menguasai dan memahami langkah-langkah dalam proses model pembelajaran role playing.
Maka guru harus bisa mengasau dan memahami langkah-langkah model pembelajaran Role Playing. Sehingga pembelajaran bisa berlangsung dengan baik.
Referensi
Simulation and Role-play in Edwards School of Business – University of Saskatchewan
https://id.wikipedia.org/wiki/Permainan_bermain_peran
Pat Harrigan, Noah Wardrip-Fruin (2010). Second Person: Role-playing and Story in Games and Playable Media
terimakasih atas ilmunya semoga bermanfaat bagi kelangsungan pendidikan dan menjadi ladang amal jariah buat penulis Aamiin.